Cara Cepat Melatih Toilet Training Pada Anak

Cara Cepat Melatih Toilet Training Pada Anak

Cara Cepat Melatih Toilet Training Pada Anak. Kebanyakan anak seringkali kesulitan untuk dilepaskan dari ketergantungannya terhadap popok sekali pakai. Karena orang tua juga sudah merasa nyaman dengan memakaikan anaknya popok sekali pakai kepada anaknya sewaktu masih kecil. Dari ketergantungan tersebut yang membuat orang tua merasa tidak ribet dengan popok sekali pakai berdampak pada pola buang air besar dan buang air kecil si buah hati. Dampaknya bila anak sudah besar, orang tua baru merasa bingung dalam melatih kepekaan si kecil untuk buang air kecil dan buang air besar secara benar di toilet. Tidak Cuma itu saja bahkan ada anak yang saking tergantungnya dengan popok sekali pakai, diwaktu mau BAK dan BAB anak tersebut tidak bisa merasakan.

Sebenarnya, kesuksesan proses pada anak bukan hanya semata-mata kepandaian si kecil untuk ‘peka’ terhadap keinginannya untuk buang air kecil dan buang air besar, namun peran orang tua/pengasuh pun sangat besar. Apabila orang tua kurang sabar dalam mengajarkan kepada sikecil tentang cara dan kapan waktu BAB dan BAK maka anak juga lama untuk mencapai keberhasilan. Berikut beberapa hal yang menjadi hambatan dalam mengajarkan proses pada si kecil : Banyak metode yang dapat Anda gunakan untuk mengajarkan si kecil . Berikut cara mudah yang saya terapkan pada si kecil sesuai perkembangan usianya:

1. Penggunaan popok kain/celana kain/ sejak bayi
Gunakan popok kain / celana kain sejak bayi, sepanjang hari (sebelum waktu tidur malam si kecil). Hal ini bertujuan agar si kecil terbiasa ‘peka’ merasakan perbedaan popok kain / celana kain yang basah dan yang kering. Pembiasaan sejak awal ini akan melatih si kecil merasa tidak nyaman. Pada rentang usia ini si kecil akan menangis ataupun gelisah apabila popok / celananya basah ( untuk malam hari, sebaiknya tetap gunakan sekali pakai agar tidur si kecil tidak terganggu dan ibu dapat menyimpan tenaga dan tidak perlu sering terbangun untuk mengganti popoknya yang basah)

2. Penerapan untuk BAB (Buang Air Besar) (mulai usia 6 bulan ke atas)
Ketika si kecil memasuki usia 6-8 bulan si kecil sudah dapat duduk. Orang tua sudah bisa membiasakan untuk membawa si kecil ke kamar mandi ketika BAB. Di usia ini si kecil belum dapat berbicara langsung namun sejak lahir si kecil akan menunjukkan perubahan mimik muka ataupun gerakan tubuh. Hal tersebut adalah salah satu cara yang dapat digunakan orang tua untuk mengetahui ‘pesan’ yang dikomunikasikan si kecil bahwa ia ingin BAB.
Perhatikan perubahan mimik muka ataupun gerakan tubuh si kecil ketika akan BAB, misalnya tiba-tiba si kecil terdiam saat sedang beraktivitas; si kecil menjadi gelisah dan sulit untuk diam / tenang. Setelah melihat adanya perubahan tersebut, bawa si kecil ke kamar mandi. Dudukkan pada kloset / pispot. Usahakan jangan terburu-buru ataupun panik ketika membawa si kecil ke kamar mandi, agar si kecil tidak kaget dan takut. Apabila si kecil menjadi kaget dan takut karena sikap orang tua yang terlalu terburu-buru, akan mengakibatkan si kecil tidak jadi BAB.
Membiasakan si kecil untuk BAB di kloset / pispot di kamar mandi akan membuat si kecil belajar. Seiring waktu, si kecil akan mengkomunikasikan dengan caranya apabila ia ingin BAB, misalnya gerakan tubuh (meminta digendong ataupun ke luar dari kursi makannya) yang disertai suara tertentu.

3. Penerapan untuk BAK (Buang Air Kecil) (mulai usia 15 bulan ke atas)
Bawa si kecil ke kamar mandi untuk BAK pada waktu-waktu tertentu; misalnya ketika si kecil baru bangun tidur di pagi hari, lepaskan dari nya dan ajak ke kamar mandi untuk BAK. Kemudian, cobalah ajak lagi si kecil ke kamar mandi untuk BAK 15 menit kemudian. Jika si kecil belum ingin BAK, jangan memaksanya, mundurkan siklusnya menjadi per 30 menit atau mungkin per 1 jam.

• Membiasakan siklus BAK akan merangsang si kecil belajar BAK di kamar mandi.
• Gunakan celana kain yang mudah dilepas yang memudahkan si kecil atau orang tua untuk melepasnya. Hal ini akan mencegah si kecil malas untuk BAK di kamar mandi karena kesulitan melepaskan celananya.
• Kebiasaan penggunaan celana kain akan melatih kepekaan si kecil akan perbedaan kenyamanan antara basah dan kering.
• Jangan menekan si kecil apabila ia ‘gagal’ BAK di kamar mandi. Dalam proses , hal ini adalah wajar.
• Berikan PUJIAN ataupun ekspresi yang gembira ketika si kecil berhasil BAK dan BAB di kamar mandi Di usia ini kebanyakan anak sudah cukup dapat memahami instruksi sederhana maupun perbedaan ekspresi emosi yang ditunjukkan orang tuanya.
Langkah-langkah di atas dapat diterapkan tanpa menggunakan peralatan khusus ataupun metode yang rumit, yang diperlukan hanya kesabaran dan ketelatenan orang tua. Semoga ulasan diatas bermanfaat. [Yuni – WartaSolo.com]