Mengenal Anak Hiperaktif dan Cara Mengatasinya

mengatasi anak hiperaktif

Mengenal Anak Hiperaktif dan Cara Mengatasinya. Memiliki anak yang sempurna baik fisik maupun psikis merupakan dambaan setiap orang tua. Namun, tidak jarang kita jumpai anak-anak memiliki ketidaksempurnaan baik fisik maupun psikis. Hal ini sangat menghawatirkan bagi orang tua dan berupaya untuk mengurangi bahkan menyempurnakan agar anak mereka terlihat seperti anak-anak pada umumnya yang tumbuh normal.

Kita mungkin pernah mendengar istilah hiperaktif,anak hiperaktif berbeda dengan anak aktif. Kita sebagai orang tua harus bias membedakan antara anak hiperaktif dan anak aktif. Apabila dilihat sekilas memang tampak kemiripan antara anak hiperaktif dan anak aktif. hiperaktif ini merupakan salah satu gangguan psikis (tingkah laku) yang juga berpengaruh pada fisik anak. Dari salah satu sumber bahwa sekitar 4-5 % anak-anak usia sekolah memiliki perilaku hiperaktif. Tetapi kita seringkali tidak dapat membedakan secara konkrit antara anak yang memang memiliki kelebihan energi (anak aktif) dan anak yang mengalami/ menderita hiperaktif, kitapun sering memberikan cap/ lebel seorang anak yang hiperaktif sebagai anak yang nakal, bandel, dan sulit diatasi, padahal kita belum tahu dan mengerti apa sebenarnya hiperaktif itu, bagaimana ciri-ciri anak hiperaktif, faktor apa saja yang menjadi penyebab hiperaktif, problem/ masalah apa yang dihadapi anak hiperaktif dalam kehidupannya sehari-hari, dan bagaimana kiat/cara mengatasinya?. Hal inilah yang akan dipaparkan secara rinci dalam tulisan ini. Adapun tujuan penulisan online research ini adalah memberikan pemahaman tentang anak hiperaktif dan kiat/ cara memberikan bimbingan, pengarahan dan membantu mengatasi masalah yang anak hadapi, baik dalam lingkungan keluarga, maupun di sekolah.

Pengertian Hiperaktif

Menurut salah satu sumber bahwa hiperaktif adalah aktivitas fisik yang berlebihan atau gerakan yang tidak bertujuan dan dengan kecepatan yang meningkat. Pengertian lain bahwa hiperaktif adalah istilah yang menggambarkan perilaku tidak tenang, anak yang sering mengganggu ketertiban baik di rumah maupun di sekolah. Hiperaktif juga populer dengan istilah Attention Deficit Hyperaktivity Disorder (ADHD), atau dengan terjemahan bahasa Indonesia “Gangguan Pemusatan Perhatian Dengan Hiperaktif” (GPPH). Victor Hartono Putra menjelaskan bahwa ADHD adalah gangguan tingkah laku yang disebabkan oleh disfungsi neurologis. Jadi hiperaktif merupakan salah satu gangguan tingkah laku berupa aktivitas berlebihan, tidak terkontrol dan tidak terarah sehingga anak tidak dapat memusatkan perhatian.

mengatasi anak hiperaktif

Gejala dan Ciri-ciri Anak Hiperaktif

Sebelum mencap seorang anak hiperaktif, sebaiknya kita memahami gejala dan ciri-ciri yang tampak pada anak hiperaktif, agar kita mampu mendiagnosa dan mengatasi masalah anak hiperaktif.

Secara umum gejala fisik yang nampak pada anak hiperaktif adalah alergi shiner (lingkaran hitam di bawah mata) dan hidung tersumbat. Gejala yang lain misalnya infeksi telinga, gangguan tidur, alergi (seperti eksim, gatal-gatal, dan asma), gangguan pencernaan berupa diare atau sembelit, sakit kepala dan sakit pada bagian kaki di malam hari. Sedangkan dilihat dari sifat/ perilakunya, Dr. Mary Go Setiawani menggambarkan anak hiperaktif umumnya bersifat agresif, penuh semangat, tidak dapat tenang, sulit diajar, tidak tahan lama melakukan suatu aktivitas, sulit bergaul dengan teman sebaya, tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru dan juga sulit menaati orang tua dan guru.

Sementara itu, pendapat lain juga menggambarkan ciri-ciri yang tampak pada tingkah laku anak hiperaktif, antara lain:

  1. Lack of concentration (kurang berkonsentrasi);
  2. Unusually aggressive (sangat agresif), dapat dilihat pada tingkah laku anak saat bermain dengan teman sebayanya;
  3. Unaware of physical danger (kurang menyadari bahaya fisik), sehingga memungkinkan fisik anak terancam bahaya;
  4. Impulsive (impulsive), yaitu anak sering tidak mampu bersikap sabar, sehingga dapat mengatakan/ melakukan sesuatu tanpa berfikir;
  5. Emotional and intellectual immaturity (Emosional dan intelektualnya tidak matang);
  6. Forgetfull and/or clumsy (Pelupa/ kikuk);
  7. Attention- seeking (mencari perhatian).

Dari sebuah tulisan (www.sehatgroup.web.id), bahwa gejala-gejala yang dapat dilihat pada anak hiperaktif, yaitu; 1) Inatensi yaitu pemusatan perhatian yang kurang; 2) Hiperaktif, yaitu perilaku anak yang tidak bisa diam, banyak bicara dan menimbulkan suara berisik; 3) Impulsif, yaitu kesulitan anak untuk menunda respon. Dan untuk dapat diberikan diagnosis hiperaktif, gangguan di atas sudah menetap minimal 6 bulan dan terjadi sebelum anak berusia 7 tahun.

Faktor Penyebab Hiperaktif

Seorang anak menjadi hiperaktif disebabkan oleh berbagai faktor. Dari berbagai sumber kami menyimpulkan bahwa faktor-faktor tersebut, antara lain:

1. Faktor neurologik

Yaitu disebabkan oleh; a) Insiden hiperaktif yang lebih tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah prenatal, seperti lamanya proses persalinan, distress fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep, toksamia gravidarum atau ekslamsia dibandingkan dengan kehamilan dan persalinan normal. Disamping itu, faktor seperti bayi yang lahir dengan berat badan rendah, ibu yang terlalu muda, ibu yang merokok dan minum alkohol, serta kandungan yang terkena sinar X; b) Terjadinya perkembangan otak yang lambat. Factor etiologi dalam bidang neuoralogi yang sampai kini banyak dianut adalah terjadinya disfungsi pada salah satu neurotransmitter di otak yang berupa depamin (depamin adalah zat yang memelihara proses konsentrasi); c) Beberapa studi menunjukkan terjadinya gangguan perfusi darah di daerah tertentu pada anak hiperaktif, yaitu di daerah striatum, orbital-prefrontal, orbital-limbik otak, khususnya sebelah kanan.

2. Faktor toksik

Beberapa zat makanan yang mengandung bahan kimia dan suplai makanan yang menyebabkan alergi pada anak dapat mempengaruhi fungsi otak anak, sehingga berdampak pada penginderaan, perasaan, dan tindakan. Makanan- makanan tersebut antara lain; a) Makanan yang mengandung kafein, seperti coca cola; b) Makanan yang mengandung gula, seperti chocolate chip cookies, kue jello, kool-aid, es krim stoberi atau coklat batangan; c) Bahan makanan yang mengandung pewarna makanan, mono natrium glutamat, bahan-bahan aromatik, salisilat, dan bahan pengawet lainnya; d) Suplay makanan yang menyebabkan alergi seperti susu, gandum, telur, kedelai, daging sapi, daging babi, daging ayam dan jagung.

3. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari kasus hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak hiperaktif, kurang lebih dari 25-35 % dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada anak.

4. Faktor psikososial dan lingkungan

Lingkungan keluarga yang tidak mendukung perkembangan sosial anak juga menjadi penyebab anak hiperaktif, seperti suasana rumah yang tidak hangat, perilakunya akan sesuai dengan apa yang dipelajari di rumah. Selain itu, tayangan televisi juga akan menyebabkan rentang perhatian anak menjadi pendek karena televisi menyediakan tayangan informasi dan hiburan secara terpotong-potong, dan seringkali orang melakukan sesuatu yang lain saat menonton televisi.

Problem Anak Hiperaktif

Dari gejala/ ciri-ciri anak hiperaktif diatas, maka anak hiperaktif akan menghadapi dan mengalami problem (masalah), masalah-masalah tersebut berupa masalah intelek, biologis, emosi dan moral. Masalah tersebut akan dihadapi dan dialami anak hiperaktif baik di rumah maupun di sekolah. Berdasarkan tempat dan situasi lingkungan anak hiperaktif tersebut, maka dapat diuraikan sebagai berikut:

  1. Problem di sekolah, antara lain; tidak mampu mengikuti pelajaran yang disampaikan oleh guru dengan baik; tidak dapat berkonsentrasi sehingga tidak dapat menyerap materi pelajaran secara keseluruhan, ingin cepat selesai bila mengerjakan tugas-tugas sekolah, kecendrungan berbicara tinggi akan mengganggu anak dan teman yang diajak berbicara sehingga guru menyangka bahwa anak tidak memperhatikan pelajaran, kesulitan membaca, menulis, bahasa, dan matematika.
  1. Problem di rumah, antara lain; anak dipandang nakal dan tidak jarang mengalami penolakan dari keluarga dan teman-temannya, sehingga orang tua sering memperlakukan anak secara kurang hangat, orang tua banyak mengontrol anak, penuh pengawasan, banyak mengkritik, bahkan memberi hukuman, sehingga terjadi ketegangan antara keduanya, akhirnya anak dan orang tua menjadi stress dan situasi rumahpun menjadi kurang nyaman, anak menjadi lebih mudah frustasi.

Dengan berbagai masalah yang dihadapi anak tersebut menyebabkan kegagalan bersosialisasi dimana-mana, sehingga menumbuhkan konsep diri yang negatif, maka akan merasa bahwa dirinya buruk, selalu gagal, tidak mampu dan ditolak.

Cara Mengatasi Anak Hiperaktif

Sudah semestinya anak hiperaktif mendapat perhatian lebih dibanding anak-anak yang normal. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua atau guru untuk membantu anak memecahkan masalah atau mengurangi gangguan pada anak hiperaktif.

  1. Periksalah. Dengan cara mengonsultasikan persoalan yang diderita anaknya kepada ahli terapi psikologi anak.
  2. Pahamilah. Anda dan keluarga dapat mengikuti support group dan parenting skill-training.
  3. Latih kefokusannya. Jangan tekan dia, terima keadaannya itu, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tetapi konsisten dan tegas dalam menerapkan norma dan tugas.
  4. Telatenlah. Jika dia telah betah untuk duduk lebih lama, bimbinglah anak untuk melatih koordinasi mata dan tangan dengan cara menghubungkan titik-titik yang membentuk angka atau huruf, anak bias diberi latihan menggambar bentuk sederhana dan mewarnai. Bias pula mulai diberikan latihan berhitung dari berbagai variasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Mulailah dengan penjumlahan atau pengurangan dengan angka-angka di bawah 10, setelah itu baru perkenalkan konsep angka 0 dengan benar.
  5. Bangkitkan kepercayaan dirinya. Gunakan teknik- teknik pengelolaan perilaku, seperti menggunakan penguat positif misalnya memberikan pujian, memberikan disiplin yang konsisten dan selalu memonitor perilaku anak. Anak juga bias melakukan pengelolaan perilakunya sendiri dengan bimbingan orang tua.
  6. Kenali arah minatnya. Kenali bakat atau kecendrungan perhatiannya sejak dini.
  7. Minta dia bicara. Bantu anak bersosialisasi, misalnya melakukan aktivitas bersama, sehingga anda bias mengajarkan anak bagaimana bersosialisasi dengan teman dan lingkungan.
  8. Siap bahu membahu. Bantulah anak mewujudkan apa yang dia inginkan, bekerja samalah dengan guru di sekolah agar memahami kondisi anak yang sebenarnya.

Selain deteksi diatas sebagai orang tua juga harus memberikan asupan makanan yang baik pada anak penderita Hiperaktif. Orang tua harus menghindari atau meminimalisir makanan yang dapat memicu kenaikan tingkat hiperaktifitas anak makanan tersebut diantaranya coklat, gandum dll. [Yuni – WartaSolo.com]