Alasan Hindari Tidur Seranjang dengan Anak, Dampak Kelainan yang Harus Diketahui

Alasan Hindari Tidur Seranjang dengan Anak3

Alasan Hindari Tidur Seranjang dengan Anak, Dampak Kelainan yang Harus Diketahui. Bukan faktor tidak sayang anak. Juga buka faktor untuk bisa menikmati bersama pasangan saja. Pasalnya bagi kebanyakan orang tua di Indonesia sering melakukan tidur bersama anak-anak mungkin faktor tidak tega, terlalu sayang, atau bahkan terlalu nyaman tidur bersama anak daripada pasangan.

Tulisan ini bukan kemudian memberikan judge bahwa anak harus tidur sendirian dan bukan juga orang tua terlalu asyik dengan pasangan. Tapi lebih kepada menempatkan proporsinya masing-masing.

Bagi Anda yang belum menikah atau sudah kiranya ulasan di sini bisa disimak untuk mengatasi kebingungan atau kegundahan saat pasangan Anda lebih asyik kepada anak-anaknya. Ada sebuah studi yang menghasilkan kesimpulan, bahwa kebiasaan tidur tersebut dapat membuat anak rentan mengalami kecemasan dan depresi.

Seperti halnya dilansir dari Cosmopolitan.com, Sabtu (29/10/2016), mengenai studi tidur tidak seranjang dengan anak yang diluncurkan oleh Journal of Affective Disorders. Dengan melakukan penelitian terhadap 3.583 anak di Brazil, mereka meneliti apakah kebiasaan berbagi tempat tidur dengan ibu dapat membuat mereka mengalami kelainan.

Peneliti kemudian membagi menjadi 4 grup, yaitu anak yang tidak tidur bersama ibu, anak yang tidur bersama ibu saat masih sangat kecil, anak yang tidur bersama ibu di saat tumbuh besar, dan anak yang selalu tidur bersama ibu.

Para peneliti melakukan evaluasi terhadap anak-anak tersebut dalam rentang umur antara 3 bulan hingga berumur 6 tahun. Setelah itu, hasilnya dianalisa oleh psikiater anak, apakah anak tersebut memiliki gangguan internal (seperti mudah cemas dan depresi) atau gangguan eksternal (seperti gangguan perilaku).

Dari hasil penelitian didapat, anak yang berbagi tempat tidur dengan ibunya memiliki masalah kesehatan mental yang lebih tinggi daripada anak yang tidur sendiri. Secara singkat dapat dibilang, bahwa anak yang dari kecil dan yang secara konstan tidur bersama ibu dapat berakibat mengalami gangguan internal di umur 6 tahun.

Studi itu memang memiliki kelemahan. Penelitian tersebut bekerja dalam jumlah yang kecil dibandingkan keseluruhan jumlah bayi yang ada di seluruh dunia. Selain itu, studi ini memiliki keterbatasan, seperti alasan seorang ibu menempatkan bayinya tidur bersama.

“Beberapa ibu dapat memilih untuk tidur bersama anak, namun ada juga ibu yang tidur bersama anak karena tidak memiliki ruang rumah yang besar untuk tidur terpisah” tulis peneliti. Tak hanya itu, keluarga yang memiliki situasi ekonomi yang rendah juga dapat menimbulkan sifat cemas dan depresi pada seorang anak. Karena itu, berbagi tempat tidur bukan satu-satunya penyebab masalah emosional anak.

The American Academy of Pediatrics menyarankan agar orangtua berbagi kamar dengan bayi hingga mereka berumur 6 bulan atau 1 tahun. Hal ini bertujuan untuk melindungi anak dari Sindroma Kematian Bayi Mendadak.

BACA JUGA:

Anak adalah buah hati yang paling berharga. Maka perkembangan anak menjadi seseorang yang diharapkan orang tua adalah kebanggaan besar yang tak tertandingi dengan harta. Perhatian sejak dini si buah hati akan mengantarkan menuju cita-citanya. [M. Anis – WartaSolo.com]