Minyak Nilam: Sejarah dan Prospek Ekonomi, Patchouli Oil yang Dilupakan
Minyak Nilam: Sejarah dan Prospek Ekonomi, Patchouli Oil yang Dilupakan. Indonesia merupakan negara tropis dengan penghasil aneka bahan alami. Tanaman yang tidak tumbuh subur di lain tempat bisa dengan mudah tumbuh subur dan menjamur di negeri tongkat kayu jadi tanaman ini. Tidak terkecuali tanaman nilam menjadi andalan tersendiri karena menjelma menjadi satu minyak yang melegenda dan secara ekonomi sangat menjanjikan, yaitu minyak nilam.
Minyak nilam dikenal sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri sendiri dikenal juga sebagai minyak eterik (aetheric oil), minyak esensial (essential oil), minyak terbang (volatile oil), serta minyak aromatik (aromatic oil), adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil sulingan (destilasi) minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi.
Para ahli biologi menganggap minyak atsiri sebagai metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agensia untuk bersaing dengan tumbuhan lain (lihat alelopati) dalam mempertahankan ruang hidup. Walaupun hewan kadang-kadang juga mengeluarkan bau-bauan (seperti kesturi dari beberapa musang atau cairan yang berbau menyengat dari beberapa kepik), zat-zat itu tidak digolongkan sebagai minyak atsiri.
Sejarah Minyak Nilam (Patchouli Oil)
Patchouli berasal dari kata Hindustan “pacholi” yang berarti “untuk mengharumkan.” Pada tahun 1880-an, syal dan kain India memang banyak yang diberi wewangian dengan minyak nilam (patchouli oil). Terdapat beberapa jenis nilam yang tumbuh di berbagai bagian Asia, termasuk India, Indonesia, China, Brazil dan Malaysia. Spesies cablin umumnya dianggap sebagai spesies yang unggul, terutama sebagai penggunaan terapi.
Minyak esensial terkenal ini memiliki reputasi sebagai aroma yang digunakan generasi hippy. Meskipun dikenal untuk penggunaannya selama tahun 1960, minyak nilam sudah mulai dimanfaatkan sejak ratusan, mungkin ribuan tahun lalu.
Di India, misalnya, minyak nilam (patchouli oil) digunakan pada kain dan pakaian karena berfungsi sebagai pengusir ngengat. Bahkan, dikatakan aroma minyak nilam menjadi indikator kain ‘oriental’ asli, sehingga pernah pada suatu masa pembuat pakaian Inggris dan Perancis akan mengharumkan produk imitasi dengan minyak nilam sehingga lebih menjual. Minyak nilam banyak digunakan dalam industri wewangian dengan kualitas tergantung pada usia bahan baku dan lama penyimpanan.
Seperti halnya anggur, aroma minyak nilam cenderung semakin baik seiring waktu penyimpanan yang lebih lama.
Prospek Ekonomi Minyak Nilam
Prosepek ini dilihat dari peluang usaha investasi nilam merupakan salah satu peluang usaha yang memerlukan biaya yang tidak sedikit. Perjalanan peluang usaha investasi nilam ini banyak memerlukan tenaga kerja, sehingga dapat membuka peluang kesempatan kerja. Untuk perhitungan modal peluang usaha investasi nilam ini yang pertama perlu diperhitungkan dari alatnya dulu. Direncanakan mau memproduksi berapa banyak minyak nilam per minggu. Setting alatnya. Dari situ kemudian diseting luasan lahan tanaman nilam yang dibutuhkan.
Contoh peluang usaha investasi nilam. Untuk kapasitas alat 200 kg dengan dua kali penyulingan sehari, paling tidak membutuhkan lahan 16 hektare. Dan bisa ditambahkan lagi peralatan sampai kapasitas 800 kg, sehingga sehari dapat menyuling 1.600 kg. “Dengan kapasitas 200 kg, minimal dibutuhkan 12 hektare lahan. Kelipatan berikutnya sama. Return dari investasi lahan dan peralatan tidak sampai dua tahun sudah kembali, walaupun harga naik turun. Untuk satu hektare lahan paling tidak biaya peluang usaha investasi nilam nya Rp 35-40 juta. Kalau sehektare ditanami 25 ribu bibit, dan rata-rata produksi–dengan penanaman yang baik– 1 kg dari 1 pohon, maka akan menghasilkan 25 ton. Harga 1 kg tanaman nilam Rp 1.000 atau berarti Rp 25 juta. Biaya lahan dan bibit kurang lebih Rp 40 juta. Berarti dua kali panen, peluang usaha investasi nilam sudah kembali modal.
Tapi untuk biaya perawatan peluang usaha investasi nilam dan sebagainya dihitung tiga kali panen atau setahun baru kembali modal. Pada tahun berikutnya sudah murni pendapatan. “Jadi setahun BEP, tapi secara linear kita anggap saja dua tahun BEP,” jelasnya. Demikian juga untuk alat, dengan tiga kali panen atau satu tahun sudah tertutup. Dengan demikian, pada lahan 16 hektare dibutuhkan biaya Rp 30 juta x 16 = Rp 480 juta. Ini anggaran untuk lahannya.
Untuk kebutuhan alat pada peluang usaha investasi nilam ,1 boiler Rp 90 jutaan. Autoklep Rp 60-70 juta. Kalau punya dua autoklep atau alat penyulingan berarti Rp 120 juta + Rp 90 juta = Rp 210 juta. Ditambah instalasi dan lain-lainnya sekitar Rp 40 juta, total Rp 250 juta. Kemudian plus anggaran lahan Rp 480 juta = Rp 700 juta. “Total anggaran peluang usaha investasi nilam tersebut tahun kedua sudah kembali. Tanaman nilam dapat hidup sampai umur tiga tahun. Tahun kedua hingga ketiga murni keuntungan,”. Tentu hasil peluang usaha investasi nilam tersebut sangat menggiurkan apalagi di tambah dengan kita bisa membatu masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.
BACA JUGA:
- Manfaat Penting Minyak Nilam yang Belum Diketahui Banyak Orang
- Manfaat Penting Minyak Nilam: Sekilas Pembahasan Tanaman Tropis yang Memiliki Nilai Ekonomi Sangat Tinggi
Menurut Data Ketua Umum Asosiasi Minyak Atsiri Indonesia Produksi minyak nilam Indonesia hanya mampu menghasilkan 800 ton pada tahun 2011, Kebutuhan minyak nilam dunia mencapai 1.500 ton, artinya sebanyak 70% kebutuhan minyak nilam dunia disokong oleh Indonesia. Kebutuhan nilam dunia semakin menaningkat setiap tahunnya dilain pihak lahan produksi masih sangat terbatas. Dengan demikian budidaya nilam sangat prospek untuk dikembangkan.
Bagi para pemodal yang uang belum bisa diputar kembali layak sekali melirik bisnis minyak nilam ini. Perbanyak literasi, kunjungan lokasi, cek pasar dan magang menjadi modal dasar tersendiri bagi pebisnis. [M. Anis – WartaSolo.com]